Jumat, 20 Maret 2015

Biografi Soeharto Lengkap



Biografi Soeharto (bapak pembangunan Indonesia)         

Soeharto adalah Presiden RI yang kedua. Beliau mulai dikenal saat penumpasan pemberontakan G 30S/PKI dan melalui Supersemar yang terkenal itu beliau juga dianggap telah berhasil memulihkan stabilitas bangsa Indonesia yang saat itu porak poranda gara-gara adanya pemberontakan G 30S/PKI yang menewaskan lima Jendral besar dari Angkatan Darat.
Nama lengkap Soeharto beserta gelarnya adalah Jendral Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto. Beliau dilahirkan pada tanggal 8 Juni 1921 di dusun Kemusuk, desa Argomulyo, kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Soeharto adalah anak ke tiga dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah.
Soeharto diasuh oleh orangtua kandungnya hanya selama 40 hari, setelah itu Soeharto diasuh oleh Mbah Kromo yang masih adik kakek Soeharto. Soeharto tidak diasuh oleh orang tuanya sendiri karena ibunya sudah bercerai dengan ayahnya dan ibunya menderita penyakit tertentu yang membuatnya tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai ibu.
Dengan Mbah Kromo inilah Soeharto mendapatkan kasih sayang yang utuh dan sangat berkesan sampai beliau tua. Dikisahkan bahwa saat kecil Mbah Kromo sangat menyayanginya. Ia sering digendong Mbah Kromo di punggungnya, membawanya untuk membajak sawah, bermain air dan lumpur serta menggembala kerbau. Itu adalah kenangan manis buat Soeharto.
                                                    Keluarga Soeharto

Saat memasuki sekolah dasar yaitu ketika berusia delapan tahun, Soeharto ganti diasuh oleh kakeknya yang asli, yaitu kakak dari Mbah Kromo yang bernama Mbah Atmosudiro. Karena keluarganya selalu berpindah-pindah, sekolah Soeharto jadi sering berpindah pula. Awalnya bersekolah di SD di Desa Puluhan, Godean. Kemudian pindah di SD Pedes Yogyakarta dan lanjut lagi pindah ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah, dimana kakeknya menitipkan Soeharto di rumah bibinya yang menjadi istri dari seorang mantri tani bernama Prawirowiharjo.
Di keluarga bibinya ini, Soeharto digembleng dengan aneka kedisiplinan. Mulai dari disiplin dalam menjalani hidup ataupun dalam belajar disekolah. Soeharto termasuk anak yang cerdas, di sekolah ia selalu unggul di mata pelajaran berhitung. Ia juga digembleng disiplin tentang agama. Bibinya tak tanggung-tanggung dalam menerapkan pendidikan agama di keluarganya termasuk anak-anaknya dan keponakannya yaitu Soeharto.
Soeharto juga diajari tentang bertani yang baik oleh suami bibinya yaitu paman Prawirowiharjo. Mungkin ilmu tani inilah yang kelak diterapkan Soeharto dalam mensukseskan swasembada pangan saat ia menjadi Presiden. Selain bersekolah dan bertani, Soeharto juga sangat aktif mengaji. Setelah pulang sekolah Soeharto mengaji sampai semalam suntuk. Ia juga aktif di kepanduan atau pramuka yang saat itu bernama Hizbul Wathan. Disela-sela harinya Soeharto sangat senang membaca. Ia telah membaca sejarah RA Kartini dan Pangeran Diponegoro.
Saat menginjak usia 14 tahun, saat itu Soeharto sudah masuk SMP, ia dititipkan di rumah teman ayahnya yang bernama Hardjowijono. Soeharto bersekolah di SMP Muhammadiyah Yogyakarta. Ia memilih bersekolah disana karena sekolah tidak mewajibkan siswanya memakai sepatu bahkan boleh memakai sarung dan tanpa alas kaki. (Jaman dahulu sangat jarang sekolah menegenakan sepatu dan seragam karena harganya yang mahal bahkan sendal pun juga jarang).
Setelah lulus SMP Soeharto tidak melanjutkan sekolahnya lagi karena tidak memiliki biaya, namun sebenarnya ia sangat ingin sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari pekerjaan. Pada tahun 1942 Soeharto melamar menjadi anggota KNIL atau Koninklijk Nederlands Indisce Leger yaitu tentara kerajaan Belanda. Namun Soeharto yang awal diterima berpangkat sersan ini hanya bekerja selama tujuh hari karena Belanda menyerah pada Jepang.

Akhirnya Sersan Soeharto pun pulang ke kampung halamannya di Kemusuk. Soeharto tidaklah menyerah, ia semakin sering mencari-cari lowongan pekerjaan terutama yang berkenaan dengan ketentaraan. Usahanya tidaklah sia-sia, pada tanggal 1 Juni 1940 Soeharto diterima menjadi siswa sekolah militer Gombong – Jawa Tengah. Disana ia sangat keras belajar dan berlatih sehingga ia menjadi lulusan terbaik, menjadi prajurit teladan dan pangkatnya pun naik menjadi kopral.
Pada tanggal 5 Oktober 1945, Soeharto resmi menjadi anggota TNI. Saat perang kemerdekaan berakhir, ia menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel. Soeharto lah yang menjadi pemimpin penumpasan pemberontakan Andi Azis di Mataram.
Pada tahun 1949, Belanda kembali menyerang Indonesia tepatnya Yogyakarta (Belanda masih ingin menjajah Indonesia). Soeharto yang saat itu menjadi pimpinan Brigade X menerima perintah dari Panglima Besar Soedirman untuk melakukan serangan terhadap Belanda. Sebenarnya ide ini muncul dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Akhirnya pada tanggal 1 Maret 1949 Letkol Soeharto memimpin Brigade X untuk melakukan serangan umum dan berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Ini untuk membuktikan di dunia internasional dan Belanda bahwa Republik Indonesia dan TNI masih ada. Serangan ini terkenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret.
Karena jasanya ini kemudian ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang dan pada tanggal 1 Januari 1957 pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.
Kegemilangan kariernya sempat ia nodai dengan catatan hitam yaitu ia pernah hampir dipecat dan di bawa ke pengadilan militer karena tertangkap sedang memeras perusahaan –perusahaan di Jawa Tengah dengan menggunakan institusi militernya. Namun ia sedang beruntung karena dibela oleh Jenderal Gatot Subroto sehingga ia hanya dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat di Bandung Jawa Barat.
Soeharto memang ahli dibidang strategi, karena keahliannya ini ia diangkat menjadi Panglima Komando Mandala dalam Pembebasan Irian Barat. Pada tanggal 1 Mei 1963 ia diangkat menjadi Pangkostrad dan ia kemudian berperan dalam penumpasan PKI karena PKI telah melakukan gerakan yang membahayakan negara.

Peristiwa G 30 S/PKI
Pada suatu malam tanggal 30 September 1965 terjadilah peristiwa yang menggemparkan negeri yaitu diculik dan dibunuhnya lima Jendral dari Angkatan Darat. Kelima Jendral ini dibuang disumur tua yang bernama Lubang Buaya. Peristiwa ini dipimpin oleh LetKol Untung Syamsuri yang merupakan pemimpin pasukan Tjakrabirawa yaitu pasukan pengawal kepresidenan. Saat dikonfirmasi, LetKol Untung melakukan hal itu karena adanya kabar bahwa akan ada kudeta untuk menyingkirkan Presiden Soekarno pada hari ABRI 5 Oktober 1965. Kabarnya kudeta ini akan dilakukan oleh Dewan Jendral yang didukung oleh CIA. Akhirnya untuk mencegah hal itu pasukan Tjakrabirawa bersama orang dari partai komunis atau PKI melakukan penculikan terhadap kelima anggota Dewan Jendral tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan sejaran adalah kenapa nama Soeharto yang juga merupakan anggota Dewan Jendral tidak dimasukkan kedalam target penculikan.
Keesokan harinya setelah mendapat kabar bahwa ada lima jendral yang diculik dan dibunuh maka Soeharto sebagai Pangkostrad langsung turun tangan untuk mengamankan Jakarta. Sebenarnya turun tangannya Soeharto untuk mengamankan Jakarta sudah melalui prosedur karena pimpinan diatasnya yaitu Letjen Ahmad Yani tak diketahui rimbanya dan setelah ditelisik ternyata Ahmad Yani juga menjadi target penculikan. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Soeharto tak masuk kedalam daftar penculikan dan mengapa Soeharto juga tidak mendengar kabar akan adanya penculikan dewan Jendral hal ini tak masuk akal mengingat Soeharto juga masuk kedalam jajaran dewan jendral.
Setelah mendapatkan Surat perintah sebelas maret atau Supersemar dari Presiden Soekarno (Supersemar juga diragukan kebenaran dan keasliannya) yang memberikan wewenang dan mandat pada Soeharto agar melakukan langkah-langkah untuk memulihkan keadaan maka Soeharto segera membubarkan PKI dan mengejar serta menangkap siapa saja yang dicurigai anggota PKI. Sejumlah menteri juga ditangkap karena dituduh terlibat dalam G 30S/PKI.  Banyak nyawa orang yang dibunuh karena dicurigai sebagai PKI.
Soeharto dianggap berhasil memulihkan keadaan dan ia dianugerahi Jendral bintang empat pada 1 Juli 1966. Dan setelah pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno yang berjudul NAWAKSARA ditolak oleh MPR maka Soeharto ditunjuk dan diangkat sebagai Presiden RI yang kedua melalui sidang istimewa MPRS pada 7 Maret 1967.
Saat Soeharto berusia 26 tahun, ia menikah dengan Raden Ayu Siti Hartinah atau lebih akrab dipanggil Ibu Tien Soeharto yang waktu itu berusia 24 tahun. Pernikahan ini dilangsusngkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai enam anak yaitu 3 wanita dan 3 laki-laki. Nama anak-anak Soeharto dan Ibu Tien adalah  Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi (Titiek) , Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).
Keluarga Soeharto kemudian lebih dikenal dengan sebutan keluarga cendana karena di Jakarta mereka menetap di Jalan Cendana.
Awal kepemimpinan Soeharto ditandai dengan adanya konsep Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama adalah sebutan bagi kepemimpinan Presiden Soekarno sedang Orde Baru adalah sebutan untuk kepemimpinan dirinya. Soeharto sangat menarik garis tegas antara Orde Lama atau Orde Baru. Dan ia juga dikenal sangat tegas menuduh orang yang akan menentang dirinya dengan tuduhan PKI. Penulis masih ingat jika dahulu ada orang ingin mengkritisi Soeharto maka tak segan-segan ia menuduh orang tersebut PKI dan harus dihukum atau bahkan diculik dan dibunuh.
 Pengucilan politik juga kerap dilakukan pada orang berpengaruh yang berseberangan dengan dirinya. Orang tersebut akan dibuang ke pulau Buru atau diusir keluar dari Indonesia. Banyak diplomat Indonesia yang masih orangnya Soekarno yang tak bisa lagi pulang ke Indonesia selama bertahun-tahun karena dianggap pembangkang.
Di bidang keluar negerian Soeharto sangat berseberangan dengan Soekarno. Jika diera Soekarno Indonesia keluar dari PBB karena Soekarno menganggap PBB hanya alat negara adidaya untuk lebih menjajah negara lemah maka di era Soeharto justru Indonesia masuk lagi menjadi anggota PBB. Selain itu Soekarno dikenal sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa sehingga Soekarno tidak mau jika ada negara lain yang menyumbang Indonesia tapi ujung-ujungnya malah mendikte pemerintah Indonesia namun berbeda dengan Soeharto. Diera Soeharto Indonesia justru meminjam dana dari IMF dan dari negara maju lainnya sehingga ada istilah negara donor.
Program Rezim Soeharto diarahkan lebih ke ekonomi yaitu bagaimana menyelamatkan inflasi yang sangat tinggi. Langkah yang diambil Soeharto adalah dengan meminjam dana dari luar negeri dan dari IMF. Selain itu Soeharto juga menarik investor asing. Dari langkah ini inflasi yang begitu tinggi berhasil dikendalikan dan stabilitas ekonomi akhirnya tercapai.
Setelah stabilitas keamanan dan ekonomi tercapai program Soeharto selanjutnya adalah melakukan pembangunan nasional yang dirancang melalui pembangunan jangka pendek yang berkisar lima tahun dan pembangunan jangka panjang yang berkisar 25 sampai 30 tahun.
Di bidang pangan Soeharto terbukti sukses mengantar Indonesia untuk ber swasembada pangan. Dari negara yang selalu mengimpor beras menjadi negara yang bisa mencukupi kebutuhan pangannya sendiri atau dikenal dengan istilah swasembada pangan. Selain itu Soeharto juga sukses dalam program Keluarga Berencana atau KB dimana dalam satu keluarga disarankan hanya memiliki dua anak saja.
Karena keberhasilan inilah Soeharto didapuk untuk berpidato di depan konferensi FAO yang diadakan di Roma Italia pada tanggal 14 November 1985. Dalam pidatonya itu Soeharto berkata “Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia.”Soeharto juga menyerahkan bantuan satu juta ton gabah kering pada rakyat Afrika yang sedang berjuangvmelawan kelaparan. Namun swasembada beras yang dicapai Indonesia tahun 1984 ini ternyata tak dapat dicapai lagi ditahun-tahun berikutnya.
Sedangkan untuk keberhasilannya dalam program KB, Soeharto diundang PBB untuk memberikan pidatonya yaitu, “Kenaikan produksi pangan tidak banyak berarti jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali,” begitu ia berkata dalam pidatonya.
Di ranah politik Soeharto telah menyatukan partai politik yang awalnya banyak menjadi hanya tiga yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (GOLKAR), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dimana dari ketiga partai itu GOLKAR lah yang merupakan anak emas Soeharto karena itu adalah bentukan Orde Baru untuk melanggengkan kedudukannya sebagai Presiden.
Dalam hal ekonomi terbukti memang selama masa jabatannya 32 tahun pemerintah jarang melakukan perubahan anggaran karena pemerintah telah sukses menghadirkan stabilitas politik yang mendukung stabilitas ekonomi. Kebijakan Soeharto dalam pembangunan bangsa tertuang ke dalam Trilogi Pembangunan yang berisi stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pemerataan pembangunan.
Soeharto begitu hebat dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi namun sayangnya kekuatan ekonomi yang dibangun Soeharto bertumpu pada utang luar negeri sehingga pada tahun 1997 saat Krisis melanda Asia, Indonesia mengalami imbasnya. Harga barang-barang merangkaka naik, nilai tukar rupiah terhadap dolar pun turun tajam yang semula satu dolar bernilai 2500 rupiah meroket menjadi bernilai 10.000 rupiah.
Ditengah krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan rakyat ini Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden yang ke tujuh kalinya dengan wakil Presiden saat itu adalah Prof Ing BJ Habibie melalui sidang MPR tanggal 10 Maret 1998. Dalam pidatonya Soeharto menyatakan bahwa krisis akan segera berlalu dan semua akan kembali ke kondisi normal. Namun hal itu tak meredam geramnya bangsa Indonesia saat itu yang harus menanggung dampak krisis. PHK terjadi dimana-mana karena banyak perusahaan tutup.
Menghadapi krisis ekonomi yang sangat hebat tersebut akahirnya banyak sekali unjuk rasa yang menghendaki Soeharto mundur dari jabatannya. Rakyat merasa selama ini dibohongi karena ternyata kestabilan ekonomi yang selama ini mereka rasakan tak sekuat yang diduga dan sangat rapuh sekali. Apalagi terdengar desas desus bahwa selama Soeharto menjadi Presiden mulai tahun 1968 sampai sekarang ternyata banyak melakukan penyimpangan dan korupsi.
Puncak dari aksi unjuk rasa adalah saat tanggal 12 Mei 1998 dimana ribuan mahasiswa dan elemen masyarakat menduduki gedung MPR/DPR. Mereka menginginkan agar Soeharto mundur dari jabatannya dan menginginkan agar harga sembako yang saat itu melangit dapat dibendung.
Unjuk rasa semakin menjadi saat Mahasiswa Trisakti yang saat itu berunjuk rasa di dalam kampus mereka mulai keluar kampus untuk bergabung dengan mahasiswa yang sudah menduduki gedung DPR/MPR dan dihalang-halangi aparat dengan gas air mata dan tembakan yang akhirnya menewaskan empat orang mahasiswa. Empat mahasiswa Trisakti yang tewas yaitu Hery Hartanto, Hafidhin Alifidin Royan, Elang mulia Lesmana dan Hendriawan Sie.
Tewasnya empat mahasiswa memicu aksi yang lebih brutal lagi. Masyarakat yang semakin geram dengan pemerintah saat itu benar-benar menjadi marah. 14 Mei 1998 terjadi kerusuhan berdarah di Jakarta yang sasarannya adalah warga etnis keturunan, dimana banyak toko dan supermarket milik warga keturunan cina yang dibakar dan dijarah habis-habisan. Dijalanan banyak mobil yang dibakar, benar-benar Jakarta saat itu sangat mencekam.
Soeharto yang saat itu sedang ada lawatan ke Mesir akhirnya menyatakan tidak akan menolak jika ia diminta mundur dari jabatannya oleh rakyat Indonesia. Hal ini semakin menguat dengan adanya sebelas menteri bidang ekuin mengundurkan diri.
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya menjadi Presiden RI. Peristiwa ini ditayangkan detik per detik oleh stasiun televisi dari dalam dan luar negeri. Berjuta mata menonton dengan seksama peristiwa turunnya Soeharto dari kursi presiden setelah 32 tahun ia menjabatnya. Peristiwa jatuhnya Soeharto ini kemudian terkenal dengan istilah “Lengser Keprabon”.
Soeharto terpilih menjadi Presiden RI pada tujuh kali pemilihan yaitu tahun 1968, 1973, 1978, 1983, 1988, 1993 dan 1998

Daftar catatan Penyelewengan Yang terjadi di jaman Orde Baru Pimpinan Soeharto, yaitu :
1.       Menekan etnis Tionghoa dengan mempersulit untuk menjadi WNI, melarang nama dengan bahasa Tionghoa dan melarang tulisan Tionghoa. Namun Soeharto malah bersahabat akrab dengan sejumlah pengusaha Tionghoa bahkan dengan Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Singapura saat itu yang asli etnis Tionghoa
2.       Menekan kebebasan berpendapat yaitu dengan penyensoran media, media tidak boleh menampilkan berita yang isinya membuat masyarakat menentang pemerintah Orde Baru. Jika ada media yang membangkang maka tak segan-segan akan ditutup. Ini terjadi pada tujuh media cetak seperti Sinar Harapan, Merdeka, The Indonesian Times, Pelita, Kompas, Pos Sore, Sinar Pagi.

3.       Melarang segala bentok demonstrasi dan protes apalagi yang berbau protes terhadap pemerintah. Pernah ada protes pelajar yang menentang adanya korupsi yang dilakukan Soeharto dan antek-anteknya tapi kemudian komisi yang menangani protes tersebut akhirnya ditutup.
4.       Mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai politik saja yang boleh mengikuti Pemilu yaitu PPP, Golkar dan PDI dimana partai politik berbasis Islam harus bergabung dengan PPP sedangkan yang berbasis nasionalis dan non Islam bergabung dalam PDI. Golkar sendiri adalah produk Soeharto yang berisi orangnya Soeharto tujuannya untuk melanggengkan kepemimpinannya.
5.       Mecaplok Timor Timur. Timor Timur adalah bekas jajahan Portugis yang kemudian akan menjadi negara sendiri dibawah pimpinan Fretilin, namun Amerika dan Australia khawatir karena Fretilin adalah Pro Unisovyet sehingga dengan dorongan Amerika dan Australia Indonesia melalui Soeharto “disuruh” untuk mengintegrasi Timor Timur sehingga tidak jadi negara yang merdeka namun saat kepemimpinan Habibie Timor Timur dizinkan untuk melakukan jejak pendapat dan akhirnya memilih disintegrasi dari Indonesia.
6.       Pelanggaran HAM di Indonesia dan Timor Timur juga merupakan sesuatu yang disorot dunia Internasional.
7.       Korupsi. Tanggal 5 Mei 1980 sebuah kelompok yang bernama Petisi 50 yang berisi anggota militer, politisi, akademik dan mahasiswa menuntut adanya kebebasan berpendapat, kelompok ini menuduh pemerintahan Soeharto telah berusaha menciptakan negara dengan satu partai. Koran Media Indonesia yang meliput beritanya akhirnya dicekal dan para pemimpin petisi 50 ditangkap dan dipenjarakan.
8.       Tahun 1996 pemerintah Soeharto berusaha untuk menyingkirkan Megawati Soekarno Putri dari kursi kepemimpinannya dalam PDI yang merupakan partai resmi dan menggantinya dengan PDI pimpinan Soerjadi. Pemerintah khawatir akan pengaruh Megawati yang masih putri Presiden Soekarno yaitu presiden RI pertama akan menjadi pesaing Soeharto. Namun pendukung Megawati menolak dan menduduki markas besar partai tersebut sehingga tercetuslah kerusuhan yang terkenal dengan nama Kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli.

9. Penguasaan finansial oleh Soeharto dengan memberikan kemudahan serta monopoli pada antek-          anteknya terutama keenam anaknya.
Setelah Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia, banyak pihak menuntut agar Soeharto dan antek-anteknya diusut dan diadili atas berbagai penyimpangan selama ia berkuasa. Dan yang paling santer adalah korupsi. Harta keluarga Soeharto harus diusut yang diduga berasal dari hasil korupsi yang lebih dikenal dengan sebutan pengusutan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN.
Soeharto memiliki dan mengetuai tujuh buah yayasan yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora.Dimana melalui kekuasaannya Soeharto mengeluarkan Kepres No 90 Tahun 1995 yang isinya setiap pengusaha wajib menyumbangkan 2 persen keuntungannya untuk Yayasan tersebut.
Menurut Transparency International Soeharto adalah pimpinan dengan penggelapan dana terbanyak dibandingkan pemimpin negara negara lain didunia. Atau dengan kata lain ia adalah presiden terkorup di dunia dengan dan akorupsi sekitar 15-35 miliar dolar A.S selama kurun waktu menjabat sebagai presiden RI yaitu selama 32 tahun.
Pada tanggal 3 Desember 1998, presiden BJ Habibie menginstruksikan Jaksa Agung AM Ghalib Untuk mengambil langkah-langkah hukum terhadap mantan presiden Soeharto. Namun pada tahun 2006 penyidikan akan kasus Soeharto dihentikan karena kondisi dan fisik Soeharto yang tidak layak diajukan ke persidangan. SKKP itu dikeluarkan oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 11 Mei 2006 namun kemudian dinyatakan tidak sah pada tanggal 12 Juni 2006.
Setelah “Lengser Keprabon”, Soeharto mengalami penurunan kesehatan yang signifikan. Entah itu memang sebelumnya sudah ada penyakit atau karena kasus korupsi yang membelitnya namunyang jelas dilihat dari usia yang sudah uzur wajarlah memang kalau ia mulai dilanda sakit tua.
Pada tanggal 27 Januari 2008, hari minggu pukul 13.10 WIB, Presiden Soeharto meninggal dunia di usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina akibat kegagalan multi organ. Pada pukul 14.35 jenazah diberangkatkan ke kediamannya di jalan Cendana no 8 Menteng Jakarta.
Jenazah di makamkan di Astana Giri Bangun, Solo Jawa-Tengah. Itulah akhir dari hidup Soeharto, Presiden Indonesia ke dua. Sekuat-kuatnya manusia akhirnya menyatu juga dengan tanah.
Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, Soeharto menjadi sosok yang kontroversial hingga saat ini terlebih sekarang ketika harga bahan makanan dan harga bensin yang melonjak naik. Orang kecil yang tidak tahu menahu akan urusan politik mengatakan bahwa Soeharto adalah pahlawan karena telah menyediakan beras dan bensin yang murah sedangkan dipihak lain menganggap Soeharto harus bertanggung jawab akan darah berratus ribu yang mengalir selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan juga selama ia menjabat sebagai Presiden RI yang ke dua. Anda termasuk yang mana???

Tidak ada komentar :

Posting Komentar