Masa kecil Iwan Fals dihabiskan
di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan.
Selama di Jeddah itu, Iwan Fals selalu menyanyikan dua lagu utnuk hiburannya,
yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda
bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu.
Bicara tentang perjalanan karir musiknya, Iwan Fals mengaku semua dimulai
ketika ia aktif ngamen di Bandung saat masih berumur berumur 13 tahun atau masih
duduk di bangku SMP. Iwan Fals belajar memainkan gitar dari teman-teman
nongkrong. Setiap kali teman-temannya bermain gitar dan memainkan lagu-lagu
Rolling Stones, Iwan Fals suka memperhatikan hingga akhirnya ia nekat memainkan
gitar itu namun saying ia malah memutuskan salah satu senar hingga dimarahi
teman-temannya. Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatan
seorang Iwan Fals.
Untuk menarik perhatian
teman-temannya, Iwan Fals membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor,
bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temannya tetawa mendengarkan
lagu-lagu yang ia bawakan. Setelah merasa mampu membuat lagu sendiri, apalagi
bisa membuat orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih
banyak. Iwan Fals pun suka mengisi acaraa hajatan, kimpoian, atau sunatan. Dulu
Iwan Fals memilki manajer bernama Engkos, seorang tukang bengkel sepeda motor.
Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada
orang yang punya hajatan. Karena itulah Iwan Fals un mulai sering tampil di
acara-acara.
Ketika di SMP 5 Bandung, Iwan
Fals juga menjadi gitaris kelompok paduan suara sekolah. Suatu ketika, seorang
guru menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu
pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, Iwan Fals
menawarkan diri. Maka jadilah ia pemain gitar di paduan suara sekolahnya.
Banyak yang bertanya tentang asal
nama Fals yang ia gunakan. Nama itu ternyata didapat sewaktu dalam perjanan
dari Jeddah kembali ke Jakarta. Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji, di
pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, Iwan hanya menenteng gitar
kesayangannya. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang
pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiri Iwan dan meminjam gitarnya.
Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Suara gitar milik Iwan
terdengar fals. Setelah membetulkan steman nada gitar, pramugari itu lalu
mengajari Iwan memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan. Peristiwa
itulah yang menginspirasi Iwan menambahkan Fals di belakang namanya hingga kini
terkenal dengan panggilan Iwan Fals.
Karir bermusik Iwan Fals makin
terbentuk saat ada orang datang ke Bandung dari Jakarta yang mengenal produser
musik. Waktu itu Iwan Fals baru sadar kalau ternyata lagu-lagu yang ia ciptakan
sudah terkenal di Jakarta. Jauh sebelumnya, Iwan Fals pernah rekaman di Radio 8
EH dan lagunya sering diputar di radio itu hingga akhirnya radio itu kena
bredel oleh Pemerintah. Waktu itu Iwan Fals masih sekolah di SMAK BPK Bandung.
Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album
pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang
tergabung dalam Amburadul. Tapi album tersebut gagal di pasaran dan Iwan
kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Setelah mendapat juara di festival
musik country, Iwan Fals ikut festival lagu humor. Oleh Arwah Setiawan
(almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna,
Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records. Tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi
oleh kalangan.
Akhirnya Iwan Fals melakukan
rekaman di Musica Studio. Musiknya mulai digarap lebih serius. Setelah itu,
lahirlah album bertajuk arjana Muda, yang musiknya ditangani Willy Soemantri
dan mendapat respon luar biasa. Namun, Iwan tetap menjalani profesinya sebagai
pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget
atau Blok M. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Waktu siaran
acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di
TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen
langsung dihentikan.
Saat bergabung dengan kelompok
SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket
dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir
Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990
yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa
saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan
termegah sepanjang sejarah musik Indonesia. Selama Orde Baru, banyak jadwal
acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena
lirik-lirik lagunya yang kritis.
Iwan yang juga sempat aktif di
kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara
IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di
kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis
di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat
besar. Dia sangat dipuja oleh kaum ‘akar rumput’. Kesederhanaannya menjadi
panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar
fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999
yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi.
Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor
cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke
mancanegara.
Album-album hasil karya iwan fals
yaitu :
Canda Dalam Nada
(1979), Canda Dalam Ronda (1979), Perjalanan (1979), 3 Bulan (1980), Sarjana
Muda (1981), Opini (1982), Sumbang (1983), Barang Antik (1984), Sugali (1984),
KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985), Sore Tugu Pancoran (1985), Aku Sayang
Kamu (1986), Ethiopia (1986), Lancar (1987), Wakil Rakyat (1988), 1910 (1988),
Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988), Mata Dewa (1989), Swami I (1989),
Kantata Takwa (1990), Cikal (1991), Swami II (1991), Belum Ada Judul (1992), Hijau
(1992), Dalbo (1993), Anak Wayang (1994), Orang Gila (1994), Lagu Pemanjat
(bersama Trahlor) (1996), Kantata Samsara (1998), Best Of The Best (2000),
Suara Hati (2002), In Collaboration with (2003), Manusia Setengah Dewa (2004),
Iwan Fals in Love (2005), 50:50 (2007), Untukmu Terkasih (2009) - mini album,
Keseimbangan - Iwan Fals (2010), Tergila-gila (2011).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar